Sunday, December 27, 2009

Lupa Merintih adalah Dosaku.

Bagaimana mungkin kami menjadi pemberani, sedang percaya bahwa kau yang mengendalikan semua ini pun kami tidak. Tak juga percaya bahwa sekehendakmu, kau bisa merubah sebuah badai berwarna hitam legam menjadi hujan pelangi. Menjadi pagi yang berwarna-warni. Jadi lupa yang buat kami tertawa sepanjang sore hingga maghrib tiba.

Kau tundukkan saja wajahmu. Lepaskan sombongmu. Duduk bersimpuh dan getarkan namaku di dalammu. Jangan lawan tangismu. Jangan dera nafasmu dengan waktu yang bukan milikmu. Getirkan saja semua gelegar derap moncong senapan yang membuatmu berlari sambil menutup pintu. Semua adalah milikku. Kau hanyalah sepertakterhingga dari keabadianku. Maka bawalah dirimu utuh memujaku. Utuh tak terbelah terbagi.

Maka kami menangis sepanjang hidup kami. Menunggumu menjemput kesendirian kami. Menunggumu menjerat leher kami dengan janji yang kau tepati.