Monday, February 22, 2010

Asbak Penuh Berisi Abu

Seperti inilah rasanya. Kehilangan pembicaraan panjang mengenai hidup dan sedih yang tak berkesudahan. Berbagi asbak penuh berisi abu. Aku memuja incubus dan kecenderungannya berjelaga, sementara kau lebih memlilih meminum kopi.

Mungkin nanti di waktu yang pasti, tak akan pernah mencair jadi pelacur yang siap aku dan kau nikmati.

Mungkin saja nanti.

Sunday, February 21, 2010

Lemah

Di dalam dunia yang saling memanfaatkan, ketulusan mati sendiri ditelan kesunyian. Sementara dalam diam, kita terlalu lemah untuk tidak mengiyakan.


Menyedihkan.

Thursday, February 18, 2010

Negeri yang Diperintah oleh Matahari

Pagi adalah lelah yang sembuh dari luka. Mengawang sudah mimpi sunyi lelaki muda kelas pekerja yang sendu menahan rindu kepada esok hari. Kepada akhir pekan yang menawarkannya korek api untuk rokok kretek pujaannya. Peluk dulu sini, lalu kau kutinggal pergi. Katanya kepada bantal. Kepada guling yang merona merah pipinya sehabis tidur singkat sekedarnya. Debur air di kamar mandi diajaknya bercengkerama dengan akrab. Sementara televisi 14 inchi di kamarnya menyajikan wajah-wajah manis politisi yang mengumbar janji.


Surau sama sepinya seperti kemarin ketika subuh tumbuh membelit di langit yang hitam terguyur kelam. Karam jatuh terpelanting perlahan dalam waktu yang berjalan seperempatnya, sesosok bulan putih bulat pucat bersembunyi dalam kabut tipis bergumpal.


Deru mesin satu persatu menyumbang nada di simfoni pagi hari. Kerotok suara bajaj tanpa malu-malu menyalak di dalamnya. Percakapan dibuka di warung-warung kopi. Baju-baju hasil setrikaan semalam mulai digunakan. Parfum mahal sampai yang murahan bergantian membuat garis udara di depan gang sebuah komplek kos-kosan. Baiklah mari kita mulai hari ini dengan senyuman terlebarmu. Seorang perempuan manis pegawai sebuah perusahaan swasta yang berkantor di gedung tinggi sudirman merapalkan mantera penyemangat diakhiri senyum maksimal yang mampu dibuat oleh wajahnya. Cermin di depannya diam-diam merekam senyumnya dan menyimpannya dalam kotak ingatannya yang sampai kapanpun tak akan pernah diberikannya kepada siapapun. Cermin sangat posesif terhadap ingatannya. Dimanapun dia berada.


Seorang pemalas seperti kau dan aku akan hilang dalam cerita ini. Cerita mengenai pagi yang gemuruhnya begitu merdu bagi mahluk-mahluk yang pandai bersyukur. Seorang pemalas seperti kau dan aku akan menikmati sisa dingin semalam yang masih melekat di selimut menunggu matahari naik lebih tinggi untuk bangun dan kehilangan semangat untuk memulai aktifitas.


Di kota yang begitu padat oleh manusia dan mesin, rasa ragu remuk digilas derap kaki penduduknya. Di kota yang diperintah oleh matahari, jiwa mudah sekali rapuh saat hujan datang menghantam panas yang meretakkan tanah. Satu lingkar persahabatan terbentuk dan pecah bergiliran. Satu nada tersusun dan jatuh berserakan bergantian. Setiap detik dari jalannya waktu memberimu kesempatan bertegur sapa dalam gerak yang dipercepat. Hingga sore nanti, langit akan menunggu jenuh memenuhi wajahnya saat ditariknya gelap menutup hari ini. penduduknya. Di kota yang diperintah oleh matahari, jiwa mudah sekali rapuh saat hujan datang menghantam panas yang meretakkan tanah. Satu lingkar persahabatan terbentuk dan pecah bergiliran. Satu nada tersusun dan jatuh berserakan bergantian. Setiap detik dari jalannya waktu memberimu kesempatan bertegur sapa dalam gerak yang dipercepat. Hingga nanti, langit akan menunggu jenuh memenuhi wajahnya saat ditariknya gelap menutup sore hari.

Saturday, February 6, 2010

duka kami atas izinmu.

Gelapmu adalah kemahakuasaan tak berbatas. Tuan adalah jelaga yang merepihkan rapuh sedikit kulit terkurung letih yang memuncak dikala jemu tertangkap indera pengingat. Bagaimana kami memujamu adalah bagaimana kami saling menjaga tubuh hati dan jiwa kami. Setiap luka yang terbentuk adalah sebuah sembah untuk satu doa yang terkabulkan. Jemari kami adalah semburat biru kuning merah hitam yang memudar ketika kau menenggelamkan kami dalam samudera karunia berkah sementara yang tak akan pernah akan kekal selamanya. Gerak terkuak adalah lazim yang terbujuk rajukan getir yang menganga menyerbak meyeruakkan kesempurnaanmu. Semampu kami, di saat hidup makin menjadi-jadi, di hening sepi sunyi tengadah kami, terjulurkan tangis memohon debur maafmu di dunia dan di sesudah mati nanti.