Saturday, February 6, 2010

duka kami atas izinmu.

Gelapmu adalah kemahakuasaan tak berbatas. Tuan adalah jelaga yang merepihkan rapuh sedikit kulit terkurung letih yang memuncak dikala jemu tertangkap indera pengingat. Bagaimana kami memujamu adalah bagaimana kami saling menjaga tubuh hati dan jiwa kami. Setiap luka yang terbentuk adalah sebuah sembah untuk satu doa yang terkabulkan. Jemari kami adalah semburat biru kuning merah hitam yang memudar ketika kau menenggelamkan kami dalam samudera karunia berkah sementara yang tak akan pernah akan kekal selamanya. Gerak terkuak adalah lazim yang terbujuk rajukan getir yang menganga menyerbak meyeruakkan kesempurnaanmu. Semampu kami, di saat hidup makin menjadi-jadi, di hening sepi sunyi tengadah kami, terjulurkan tangis memohon debur maafmu di dunia dan di sesudah mati nanti.

No comments:

Post a Comment